Solusi verifikasi PayPal dengan VCC murah Indonesia expired 1 tahun

Senin, 07 Desember 2009

Kongres Kebudayaan Butuh Langkah Nyata

Kongres Kebudayaan Butuh Langkah Nyata


KONGRES kebudayaan yang berlangsung di tengah hiruk-pikuk kehidupan bangsa Indonesia, membutuhkan ruh agar langkah nyata menjadi agenda aksi. Sejak Indonesia merdeka sudah enam kali berlangsung kongres kebudayaan, namun tidak membuangkah langkah nyata.

Kekhawatiran berlebihan mewarnai setiap kali berlangsung kongres kebudayaan, namun tidak ada langkah nyata yang memberi manfaat bagi penggerak seni di masyarakat. Semuanya sebatas keprihatinan adanya ancaman terhadap budaya milik masyarakat dan bangsa Indonesia, tapi sebatas itu dan tidak tergerak untuk berupaya menghilangkan kekhawatiran yang ada.

Ketua Umum Badan Kerja sama Kesenian Indonesia (BKKI) Drs H Soeparmo menanggapi rencana kongres kebudayaan Indonesia ke-6 yang berlangsung dalam suasana eforia kebebasan, namun dinilai tidak bermakna bagi kelangsungan kebudayaan bangsa Indonesia secara menyeluruh. Kongres hanya berdebat memperbincangkan berbagai problema, namun tidak kunjung mencari jalan keluar untuk mengatasinya.

"Sejak kongres kebudayaan pertama tahun 1948 di Magelang ada satu benang merah yakni kekhawatiran akan kelangsungan kebudayaan bangsa," paparnya sambil mengemukakan, kekhawatiran yang tidak dibarengi dengan langkah kongkrit sehingga tidak memberi makna bagi usaha menyelamatkan kebudayaan dari ancaman pengaruh dari berbagai belahan dunia.

Kebudayaan bangsa di tengah percaturan masyarakat global menurut penggerak kesenian ini, tidak mungkin menutup diri melainkan berinteraksi positif. Permasalahannya apakah ada kemampuan dari kebudayaan milik bangsa sendiri untuk berinteraksi dengan berbagai peradaban di dunia.

Selama ada kebanggaan atas budaya bangsa sendiri, akan ada usaha untuk mempertahankan. Sebaliknya kalau tidak ada kebanggaan dan rasa memiliki kebudayaan maka tidan akan ada pembelaan atas kebudayaan. "Pemilik kebudayaan itu sendiri yang akan mempertahankan kekayaan budaya," paparnya.

Masyarakat bangsa Indonesia menurut mantan Kepala Dinas Kebudayaan dan pendiri Dewan Kesenian Jakarta ini, tidak memiliki kebanggaan dengan kebudayaan sendiri. Sebagai akibatnya banyak khasanah budaya yang terancam, tergusur dari percaturan masyarakat dan bangsa di dunia.

Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia hampir hilang di tengah kehidupan bersama, di luar negeri citra masyarakat dan bangsa Indonesia sangat terpuruk. Masyarakat Indonesia di luar negeri, mengalami keterpurukan itu sehingga tidak ada kebanggaan sebagai bangsa.

Potret bangsa Indonesia di mata masyarakat internasional hanyalah TKI/TKW sehingga kebanggaan itu menjadi luntur di tengah kehidupan global. Hal itu sangat terkait dengan berbagai dimensi kehidupan baik sebagai anggota masyarakat, maupun sebagai komponen bangsa Indonesia. Kualitas sumberdaya manusia Indonesia yang sangat tertinggal.

Bersambung........ Klik di sini, untuk baca kelanjutannya.

*Sumber : http://www.pelita.or.id/

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogroll

Site Info

Text

Artikel Internet I Artikel Budaya I Artikel Online Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template