Solusi verifikasi PayPal dengan VCC murah Indonesia expired 1 tahun

Senin, 07 Desember 2009

Puisi Slamet Rahardjo Rais

Puisi Slamet Rahardjo Rais
Prosesi Senja

catatan atas masjid tua di Cijantung, geletarku

tak ada kesepakatan yang perlu dirundingkan

sepasang mata-sepasang mata sigap

beriringan sampai kepada dzikir lampu

bahkan menjemput dalam kerinduan

"Assalamu'alaikum, semuanya saling bersaudara

memeliharakan kebun mawar milik kita!"


maka sunyi membuka senja

catatan menjaga luka


coba dengar baik-baik suara

menggali seribu yang bertasbih

dalam kemuliaan

sedikit pun tak merasa sebagai orang asing

seketika Qobil terbunuh tanpa dibunuh
*1998/2000


Ketika Anak-Anak Berangkat Mengaji

sebenarnya senja saat itu milikmu juga

peluk dan segera jemput

ruang tunggu dengan menghiasinya melalui

suara anak-anak berangkat mengaji]

warna yang menggoda


sekarang milik siapa pintu jendela rumah

ketika membaca cahaya di matanya

anak-anak bagian dari kalimat

yang dilisankan dalam isyarat

membersihkan atau memberi buram lonceng bergetar


maka bergeser menuliskan setiap sudut tertangkap

menghidupkan seluruh sujud yang terdampar

nyanyian anak-anak suaranya

menjadi warna langit menjelang maghrib tiba

akhirnya menjelaskan tentang mulut dan tangan:

Senantiasa


Gelagat Penjernihan Jiwa


bersiasat saja terhadap waktu yang terperangkap letak

seribu letak memang sudah berdiri lama

sampai kepada kalkulasi-kalkulasi terjal

bisikan yang tergiring dimana sebenarnya tempat bersipuh

terserah ketika maghrib tempat bertujuan

adalah keriduan telah mencapai gerbang kebun bunga

warna yang mengesankan cukup membasah

terhadap setiap yang berjelajah bagi kehendak


sejumlah keinginan seribu kali harus dibujuk

melalui senja segera tiba

ketika membebaskan seluruh lelah dan lesu mimpi buruk


bersyukur juga sebab waktu tak pernah melupakan

beban kepak sayap yang terluka

diberikanlah sejumlah jamuan pesta

memperlihatkannya sebagai yang mengampunkan

setiap saat dalam bentuk sujud yang merebah

sampai kepada kekuatan peluk penyatuan diri

menjelang tanda-tanda malam

menjadi milik siapa pun yang keras memintanya.

*Ramadhan, 2001


Catatan Yang Dituliskan Atas Kematian

angin yang memberiku sebuah upacara

derai batang cemara menyendiri

dalam birahi

memeluk kerinduan ibu kandung suara


saat memiliki upacara dalam diam

dan kehilangan

saksi paling dalam menupuknya air mata

tangis yang tertahan

menggenapkan hitungan


sudah jelas ayat-ayat yang dituliskan

sebagai api terhadap nyala

sekarang masjid miliknya ditutup kembali

menunggu sebuah kesempurnaan


upacara selesai sudah suara berbincang

kembali riuh

tak lagi nyayian kamboja


orang-orang pulang. sekali lagi

memetik nyala upcara

tetapi sulit membacanya kembali

sebab mereka telah kembali

sebab mereka telah kembali menjadi batu


98/2000


*Sumber : http://www.pelita.or.id/baca.php?id=27

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogroll

Site Info

Text

Artikel Internet I Artikel Budaya I Artikel Online Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template